Taman Nasional Bukit Tigapuluh adalah kawasan konservasi yang berada di pulau Sumatra, tepatnya membentang di dua provinsi yaitu Riau dan Jambi. Dengan luas mencapai 143.143 hektare, taman nasional ini diresmikan pada tahun 1995 melalui SK Menteri Kehutanan dan menjadi salah satu kawasan pelestarian alam terpenting di Indonesia.
Kawasan ini merupakan bentangan hutan hujan tropis dataran rendah yang masih alami, dengan ketinggian di bawah 1.000 meter di atas permukaan laut. Keunikannya terletak pada posisinya sebagai ekosistem peralihan antara hutan pegunungan dan hutan rawa, menciptakan habitat yang kaya akan keanekaragaman hayati.
Bukit Tigapuluh menjadi rumah bagi berbagai satwa langka dan terancam punah. Di antaranya adalah harimau Sumatera, gajah Sumatera, orangutan Sumatera, tapir Asia, dan beruang madu. Kawasan ini bahkan ditetapkan sebagai salah satu dari 20 lokasi prioritas global untuk konservasi harimau pada tahun 2006.
Taman nasional ini juga menjadi lokasi program pelepasliaran orangutan Sumatera yang berhasil, dengan puluhan individu kini hidup bebas di alam liar. Selain itu, terdapat 59 jenis mamalia, 151 spesies burung, dan berbagai jenis kupu-kupu yang mendiami kawasan ini.
Vegetasi di Bukit Tigapuluh didominasi oleh pohon-pohon dari famili Dipterocarpaceae seperti meranti. Kawasan ini juga memiliki tumbuhan unik seperti Rafflesia hasseltii (cendawan muka rimau) yang merupakan spesies endemik, jernang, jelutung, gaharu, dan berbagai jenis rotan.
Masyarakat lokal telah lama memanfaatkan kekayaan tumbuhan ini untuk pengobatan tradisional, dengan ratusan jenis tanaman yang memiliki khasiat medis.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh juga menjadi tempat tinggal bagi masyarakat adat seperti Suku Talang Mamak dan Orang Rimba (Suku Kubu). Mereka hidup bergantung pada hutan dan memiliki kearifan lokal dalam menjaga kelestarian alam. Bagi mereka, bukit dan tumbuhan di kawasan ini memiliki nilai spiritual yang tinggi.
Pengunjung dapat berinteraksi dengan masyarakat adat ini untuk memahami kehidupan tradisional yang masih terjaga hingga kini, terutama di Dusun Datai dan dusun-dusun lainnya.